Kamis, 15 November 2007

Allah Yang Maha Dibutuhkan

Allah Yang Maha Dibutuhkan


As-Shamad dapat diartikan sebagai Allah yang Maha Dibutuhkan.
Terdiri dari huruf shaad, mim, dan dal. Secara bahasa memiliki makna
tujuan, kekukuhan, atau kepadatan.

Keyakinan kita pada As-Shamad dapat dibuktikan dengan ketergantungan
ia sepenuhnya kepada Allah SWT. Sebagaimana dalam firmanNya, "Allah
itu tempat bergantung." (QS. Al-Ikhlas : 2). Tidak ada rongga
sedikit pun bagi kita untuk meminta kepada selain Allah. Allah-lah
satu-satunya tumpuan harapan. Tidak ada satu pun keinginan kecuali
atas izin Allah.

Secara umum, As-Shamad memiliki beberapa pengertian. Pertama, As-
Shamad sebagai sesuatu yang tidak memiliki rongga dan celah sedikit
pun. Dengan perkataan lain, As-Shamad bermakna kokoh, padat, dan
tidak berlubang. Maksudnya, tidak ada celah sedikit pun selain Allah
yang bisa menolong kita. Tidak ada sesuatu pun yang masuk dan keluar
dari dzat Allah karena dia tidak beranak dan tidak diperanakkan (QS.
Al-Ikhlas : 3).

Kedua, bermakna "tokoh terpuncak". Dengan keagungannya, kedudukan
Allah tidak dapat dicapai siapa pun. Ibnu Abbas RA menyatakan bahwa
As-Shamad, kalau Dia seorang tokoh, maka Dia-lah tokoh yang paling
sempurna ketokohanNya, yang mulia dan mencapai puncak kemuliaanNya,
yang agung dan paling sempurna keagunganNya. Dia-lah puncak yang
tidak ada yang menandingi ketinggiannya. (QS. Al-Ikhlas : 4).

Ketiga, sebagian ulama mengaitkan As-Shamad sebagai 'yang tidak
berbagi' dengan sifat Ahad. Sebagaimana firman Allah, "Katakan :
Allah itu Esa." (QS. Al-Ikhlas : 1). Dengan demikian, As-Shamad
mengandung makna bahwa dalam keesaanNya, dzat Allah tak bisa dibagi-
bagi lagi.

Apa hikmah As-Shamad bagi kita? Langkah pertama yang harus kita
lakukan adalah mengharapkan segala aktivitas karena mengharap ridha
Allah SWT semata. Allah dijadikan pangkalan tempat bertolak dan
pelabuhan tempat bersauh. Kelelahan hidup akan terasa karena
ketergantungan kita kepada manusia atau makhluk berlebihan. Karena
kita yakin orang yang dijadikan tempat andalan, harapan, naungan
segala urusan sekali-kali pasti tidak dapat menolong dirinya sendiri.

Hikmah lain dari As-Shamad adalah kita harus menjadi tumpuan,
harapan orang lain. Kita harus yakini akan janji Allah, "Barang
siapa yang memudahkan urusan orang lain, maka Allah akan memudahkan
urusannya bukan hanya di dunia tapi di akhirat kelak." Dengan
demikian, tidak salah apabila kita mencita-citakan diri menjadi
jalan pertolongan Allah bagi orang lain.

Keberuntungan dalam hidup ini tidak bisa kita peroleh tanpa
keterlibatan Allah SWT dan sandaran semua urusan. Bila sandaran
hidup kita kepada selain Allah, maka siap-siaplah kita untuk
diperbudak oleh keinginan hawa nafsu. Sekuat, seperkasa, dan segagah
apapun makhluk yang dijadikan sandaran, maka terlampau kecil di
hadapan Allah termasuk harta, jabatan, semua kecil bahkan tak
bernilai. Untuk itu, latihlah diri untuk tidak bergantung berlebihan
kepada makhluk. Kita punya Allah yang Maha Dibutuhkan.

Sumber : Buletin Sakinah

Tidak ada komentar: